Wednesday, February 4, 2015

For The First Time In Forever

Butuh waktu. Selalu butuh waktu untuk aku bisa mengerti segala hal.

2006 ...

2007 ...

Kamis, 10 Januari 2008
'Kamu.. maaf ya, bukan maksud aku mau nyakitin kamu, Aku minta maaf banget, aku emang jahat.'

Selasa, 19 Februari 2008
'OH! Akhirnya ada yang ngaku jadian. Katanya sih yang cewek udah suka sama kamu dari kelas 1 semester 2. Katanya dia juga udah deket lama sama kamu. Selamat ya kalian. Seenggaknya aku enggak usah takut aku bakal suka sama kamu.'

Selasa, 19 Agustus 2008
'Aku main "woi-woian". Aku menang karena kamu bales duluan. Mereka jealous. Terus besok paginya kamu bangunin aku. Kata mereka sih kamu selalu ngeliatin aku.' 

Kamis, 21 Agustus 2008
'...sampai aku bilang kalau aku sempet suka sama dia. Terus kamu nanya-nanya. Sampai kamu akhirnya menyimpulkan sendiri kalau aku masih suka sama dia. Abis itu di sms kamu bilang kalau hati kamu lagi gundah. Kamu itu egois. 
Kamu bilang kamu enggak rela kalau aku suka sama siapa-siapa, sedangkan kamu udah pacaran sama yang lain. 
Kamu juga enggak ada bilang kalau kamu suka sama aku. 
Terus aku bilang, "kamu enggak kayak biasanya.". 
Kamu bilang "kata-katamu itu..". 
Terakhir smsan, kamu cuma bilang, "maaf".'

Jumat, 12 Juni 2009
'...mereka ngomongin kamu. Dari omongan mereka, buat aku ngerasa kalau aku enggak kenal kamu. Kamu kayaknya ganjen, suka sama dia, walaupun dia itu saudaramu sendiri. Yang lain juga bilang suka sama kamu. Terus waktu itu kan aku tanya ke kamu, kamu malah bilang kamu suka sama aku. Bodoh banget kamu sukanya sama aku.'

Rabu, 4 Agustus 2010
'...Denger gitu, aku jadi negrasa 'dejavu'. Sebelum ketemu mereka, aku pengen cerita dulu sama kamu. Aku mau denger pendapatmu. Aku cuma mau pastiin semua. Tapi kamu malah enggak pernah muncul lagi. Kamu sekarang dimana?
Beberapa hari yang lalau juga aku dapet masalah. Ada yang bilang aku ngerebut kamu dari orang lain. Waktu aku ceritain ke kamu, seperti biasa kamu malah merasa bersalah. Kamu ngerasa harus pergi, karena ngerasa setiap kali aku deket sama kamu, itu malah bakal nyakitin aku.
Tapi aku enggak bisa jauh dari kamu. Aku juga bingung kenapa bisa begini. Dulu aku bisa aja cuekin kamu, tapi kamu tetep ada deket aku. Kamu seakan enggak nyerah. Udah 4 tahun kayak gitu. Tapi sekarang, aku hampir aja ngerasa kalau aku udah siap sama semua konsekuensinya, tapi belakangan kamu malah pergi.
Aku harusnya tahu kamu enggak akan ninggalin aku. Aku tunggu kabar dari kamu, tapi enggak pernah ada. Aku negrasa ada yang salah. Ada yang enggak biasa sama kamu. Kamu kenapa?
Mungkin ini yang namanya cinta datang karena terbiasa. Aku akui, aku kangen sama kamu. Tapi gengsi. Aku enggak mungkin hubungin kamu duluan. Aku harus siap buat kenyataan yang terburuk. Mungkin bisa kehilangan kamu, lagi.'

Senin, 9 Agustus 2010
'Nikahan mbak itu. Berarti harus ketemu kamu. Hari ini kita tau kalau kita emang enggak segampang itu buat bisa sama-sama. Bahkan orang-orang terdekat kita aja enggak biarin kita sama-sama semudah itu'

Kamis, 9 Desember 2010
'Miss You ...'

Sabtu, 1 Januari 2011
'Seharusnya aku tahu kalau kamu enggak akan tinggalin aku, lagi.'

Senin, 17 Januari 2011
'Saatnya kamu pulang ke Bali. Berarti tugas aku udah selesai buat nemenin kamu selama disana. Saat kamu kembali kerumah nanti, aku enggak mau mengganggu. Waktunya kamu dengan keluarga, terutama papamu. Cepet sembuh ya om.
Mungkin sekarang aku sedang berada dalam lingkaran yang bernama karma, atau cinta? Aku menolak ini dibilang cinta, jadi karma saja. Kamu memang pantas mendapatkan yang lebih baik. Silahkan saja kamu menjauh. Aku tidak akan menghubungi kamu lagi. Seingin apapun. Sekarang, kurang dari 24 jam waktu untuk bersama kamu. Kamu enggak akan pernah ngerti. Aku takut untuk bertemu lagi.
Belahan jiwaku bukan jodohku.
Berlarilah karena kau akan ku lupakan.'

Kamis, 27 Januari 2011
'Aku baru teringat kembali. Keadaan udah berubah. 
Aku enggak boleh sama kamu.
Semoga kamu dijauhkan dari aku,
Maaf ya ...
Jangan buta dan jangan bodoh Yas! Tidak bisa selamanya seperti ini.'

Jumat, 3 Februari 2012
'Aku beranikan diriku untuk bertemu dengan kamu.'


Pada tahun-tahun berikutnya, kehilangan kamu menjadi saat-saat tersulit untuk aku lalui dengan baik-baik saja.
Kalau begini terus, bagaimana untuk menjalani hidupku?
Jelas aku butuh kamu. Apakah kamu mengerti itu?
Maaf aku begini, aku hanya tidak tahu harus kemana lagi.
Pada akhirnya, yang terbaik yang membekas dihati.

Monday, February 2, 2015

...

Hai Kamu!

Seharusnya dari dulu aku bilang ini ke kamu,
aku sangat sayang kamu.
Nanti aku beritahu detailnya.
Sementara itu saja yang perlu kamu yakini.






Sunday, February 1, 2015

Surat Nomor Satu

Hai kamu!
Kamu yang sekarang sedang apa sih? Sepertinya kamu sedang sibuk menghindari aku.
Ya, aku mengerti kenapa akhirnya kamu begitu. 
Setelah memikirkan bagaimana aku pernah mencoba menyingkirkanmu, aku mengerti itu tidak mudah, buat aku. 
Aku nyatanya terlalu sayang kamu. Tapi kamu kan tidak tahu itu. 
Aku tidak ingin menyakiti kamu. Bagaimanapun aku ingin kamu bahagia, sebaiknya bahagia dengan aku.
Sekarang aku merasa seperti akan kehilangan kamu. Kehilangan apa yang tidak sempat aku miliki. Lalu tiba-tiba aku ketakutan.
Aku merasa seperti pecundang dan mengutuki diri ketika malam datang lalu menimbang-nimbang, apakah terlihat bodoh jika aku mengakui semuanya kepada kamu? 
Kamu, apakah mau menunggu sebentar lagi? Menunggu aku mengumpulkan nyali untuk menghadap kamu. 
Akan aku katakan semuanya. Akan aku akui perasaanku. Akan aku jelaskan semua yang terjadi sampai aku yakin bahwa kamu mengerti keadaan kita.
Sebentar saja.
Sebentar lagi aku kesana.
Sebentar lagi, sampai-sampai kamu tidak akan menyadarinya.
Baca saja dulu surat-surat ini sambil menunggu aku.
Ini surat nomor satu.
Buat kamu.