Thursday, April 7, 2011

Kepada Cinta

Aku mencari-cari dari mana datangnya dia. Karena dipagi hari yang baru saja ditinggal hujan ini, aku dibangunkan oleh hati yang mendebar kencang. Sang Kala menjentikku dengan potongan-potongan indah dalam kenangan bersama kamu. Membuncahkan setitik kecil tulisan, sepetak gambar foto, sepotong demi sepotong ingatan tentang kata-kata yang pernah kamu ucapkan. Senyum yang pernah kamu berikan, bahkan ejekan dan godaan mu, aku coba kumpulkan kembali.

Aku tidak peduli bagaimana kamu mau mengerti. Dulu tentang kamu, bukanlah siapa-siapa. Kini, setiap detail yang aku ucapkan, tuliskan dan kirimkan ke kamu menjadi sangat penting. Seolah-olah harus tanpa cacat, atau bisa membuat aku kehilangan kamu. Aku Memang kurang berani menyapa cinta, walau tidak ada jenuh bila kita bersama. Karena akan selalu ada pelukan dan senyuman jika bersama kamu. Juga celoteh tentang titik-koma, ini-itu dan segala sesuatu yang tidak penting. Dan aku akan selalu luluh dengan rayuanmu.

Karena kamu, aku sempatkan diriku untuk tertawa dalam satu hari, meskipun hanya sedikit. Andai saja mulutku tidak terkatup setiap dihadapanmu, karena wajahku memerah setiap kali beradu pandang dengan kamu, lalu melangkah lugu malu-malu. Sekarang cinta melompat-lompat dalam hatiku. Aku bahkan sudah kehabisan akal untuk menyuruhnya agar tetap tenang. Tapi bukankah cinta memang tidak pernah bisa berdiam diri? Disaat kelelahan karna tangan ini tidak bisa berhenti untuk tak menuliskan tentang kamu, aku benci mencari-cari kesalahan kecil yang ada dalam diri kamu, lalu kecewa karena menemukan bahwa kamu mungkin saja sempurna. 


Ada sesuatu antara kita yang tidak perlu diceritakan lewat kata. Bahkan kata-kata sudah tidak perlu lagi bilang permisi untuk jadi suara. Kamu sudah berhasil tumbuhkan cinta yang sederhana di hatiku. Hanya dalam duniaku aku bisa memiliki kamu. Setidaknya dalam persepsi yang aku cipta, bahagiaku nyata tidak mengada-ada. Jika ini realitas, aku tidak mau berhenti dan membiarkannya menjadi basi.


Ada yang aku sadari dari kita yang sekarang. Dulu, aku memang tidak pandai memahami semua ini. Tapi dia memang ada di masa lalumu. Walau sudah aku perlebar celah hati, yang bertumpuk rapi di hatimu, namaku mungkin akan sulit untuk ditemukan. Ada sisi dari diriku yang merasa baik-baik saja saat menyadari bahwa aku seolah ditakdirkan datang terlambat dalam kehidupanmu. 


Berdua memang terasa menyenangkan. Namun, tidakkah bertiga terasa terlalu sesak? Dan kesempatan bukan milik orang yang terlambat. Aku tetap tidak bisa menawar. Hanya akan mengagumimu dalam ketiadaan harapan. Seluruh harapku tetap bisa mendukungmu. Aku pikir begitu.


Katakan pada yang lain, bahwa cinta tidak pernah salah. Sayangnya dia bisa datang terlambat. Namun kita akan menyisakan ujung malam di depan televisi.


*Ini cuma cinta cuma-cuma. Cuma tentang perasaan yang berhasil kucatat.

No comments:

Post a Comment